Kamis, 20 November 2008

Akhir Yang Indah

Kisah hidup Ovi kecil sangat miris untuk dibayangkan. Ia dilahirkan disebuah desa yang sangat jauh dari keramaian saat itu. Dengan keadaan keluarga yang sangat sederhana, seorang bayi perempuan lahir dengan tubuh yang mungil. Keluarga bekerja keras membanting tulang demi membeli sebungkus susu bubuk dan pada saat itu sangat susah didapat bahkan harganya sangat mahal untuk ukuran keluarga itu.
Waktupun sangat cepat berlalu, Ovi kecil pergi ke sekolah minggu dengan baju jahitan sang mama. Ovi sebenarnya malu mengenakan baju yang dijahit oleh mamanya, karena kain bajunya didapat dari sisa-sisa kain jahitan tetangganya. Tapi namanya anak kecil tidak menjadi masalah besar untuk anak seumurnya. Ovi kecil seorang anak yang sangat pemalu, sehingga membuat dirinya sulit untuk bergaul dan tidak banyak memiliki banyak teman. Hari-harinya ia lewati bersama sang nenek yang sangat setia menjaganya ketika kedua orang tuanya bekerja diladang.
Ovi kecil sangat disayang oleh keluarganya, akan tetapi ketika usianya menginjak 7 tahun semua mulai berubah. Ovi kecil tidak mengerti ketika kakinya dipukul menggunakan rotan oleh ibunya. Suatu hari, ovi yang baru berusia 7 tahun diminta oleh ibunya untuk mengangkut air dari sungai yang berada tepat dibelakang rumah kira-kira 50m. Dengan tergesa-gesa, Ovi yang sedang bermain-main dengan anak tetangganya berlari kerumah setelah mendengar mamanya memanggil berulangkali. Setelah sampai dirumah Ovi langsung dipukul oleh mamanya.
“Ma, kenapa Ovi dipukul? Ovi kan cuma bermain dengan Ani sebentar…”
Tak sanggup berkata lagi karena kesakitan ovi hanya menangis.
“Mama kan sudah panggil Ovi berkali-kali, kalau dipanggil harus cepat-cepat datang! Memangnya telingamu kamu letakkan dimana??!!”
Dengan langkah yang terpatah-patah, kaki yang penuh dengan bekas pukulan dan mata yang masih bengkak, Ovi pergi mengangkat ember dan bergegas kesungai.
Waktu terus berputar, ketika usia Ovi mulai beranjak dewasa, tidak terasa Ovi akan segera menanggalkan seragam merah putihnya dan akan segera memakai seragam SLTP.
Memang, sangat butuh perjuangan bagi hidup Ovi, ketika ia ingin melanjutkan pendidikan. Dana untuk mebiayai sekolahnya saja tidak ada, karena kakaknya Joseph sedang duduk dibangku SLTP kelas 2. Akan tetapi Ovi bersikersas ingin terus bersekolah.
Hari minggu pagi Ovi bergegas mandi dan berangkat ke gereja. Digereja Ovi yang masih mencari-cari jati dirinya berusaha untuk selalu dekat dengan Tuhan. Hari itu Pendeta berkotbah tentang hal kekuatiran. Dan ada satu ayat yang melekat dihati Ovi yakni Filipi 4:13 “segala perkara dapat ku tanggung didalam Dia yang memberi kekutan kepadaku”. Inilah permulaan perjuangan Ovi yang sesungguhnya. Ketika imannya mulai ditempa, kehidupannya perlahan-lahan diubahkan oleh Tuhan. Ketika ia mulai mempelajari Alkitab, sifat pemalunya diubahkan. Hikmat dan kepintaranpun ia terima dari Tuhan, sehingga sekolahnya digratiskan. Dirumah, Ovi sangat akrab dengan kakaknya Joseph, setiap sore Ovi selalu dibantu kakak lelakinya memasak.
“Kak, gimana disekolah hari ini?”
Ovi mencoba bertanya kepada kakaknya yang sangat pendiam.
“Baik-baik aja”.
Itulah sepintas kata-kata yang keluar dari mulut kakaknya. Setelah selesai memasak, mereka bernyanyi-nyanyi dibelakang rumah.
Bulan desember tahun 2002, merupakan bulan yang sangat berarti bagi Ovi. Inilah pertama kalinya ia bergabung dalam persekutuan pemuda gerejanya. Bersama sang kakak Joseph, ia berada digereja sepanjang hari itu untuk mendekorasi gereja karena sebentar malam akan diadakan perayaan Natal Yesus Kristus kaum muda gerejanya. Dalam hati, Ovi menyimpan Tanya
“ Kok aneh ya, kakak tumben-tumbennya ga pemalu. Ikut ngedekor gereja bareng teman-teman yang lain. Trus rajin banget lagi”.
Dalam hati, Ovi terus bertanya. Memang tidak biasanya Joseph mengeluarkan kalimat-kalimat yang lucu sehingga membuat sahabat-sahabat gerejanya tertawa.
“Seph, makan apa kamu hari ini? Kok dari tadi aku dengar kamu tuh ngomong terus! Ga ada matinya?”
ejek Irwan salah seorang temannya.
“ ih kalian ini bisa aja. Memang aku jarang-jarang mau ngomong dengan bahasa manusia”
teman-temannya kembali menertawakan omongannya.
“ lho beneran, jangan diketawain. Inikan mau akhir tahun, siapa tau tahun depan kita ga sama-sama lagi dan siapa tau aku akan pergi jauh”.
Sambil tersenyum kecil sahabat-sahabatnya berlalu darinya.
Natal telah berlalu, tahun baru yang seharusnya menjadi sebuah pesta yang menyenangkan dan sangat meriah didesanya Ovi, namun ia harus melewati tahun baru dirumah sakit. Joseph harus dirawat dirumah sakit karena menderita penyakit malaria. Sebelumnya setelah Natal Joseph sempat mengeluhkan sakit kepalanya yang sangat luar biasa sakitnya kepada Nela kakak tertua mereka.
“ Kak, kok kepala ku sakit sekali ya? Padahal saya sudah minum obat sakit kepala, tapi tidak sembuh juga”
“Ya, coba minum lagi sampai obat nya habis, kalau besok belum ada perubahan kita ke puskesmas”.
Ujar Nela menenangkan Joseph.
Keesokan paginya, Nela dan Joseph berangkat kekota untuk memeriksakan kesehatan Joseph. Ovi yang lagi asyik bermain Volley dipanggil oleh mamanya. Bergegas ia berlari menuju rumahnya yang tidak jauh dari lapangan bola volley.
“ kenapa Ma? Mana kak Joseph?”
“ kakakmu disuruh nginap dirumah sakit……”
tiba-tiba air mata mamanya keluar begitu saja.
“ Ma, ada apa dengan kak Joseph? Apa yang terjadi Ma?”
“ Kakakmu terserang malaria tropica, sekarang ia tidak bisa melihat lagi. Kondisinya pun sangat lemah dan dia sudah tidak sadar lagi.”
Otot-otot tubuh Ovi langsung lemah mendengarkan perkataan sang Mama.
“ Tuhan……. Akankah secepat ini Engkau memanggil kakak? Tuhan….. berikan kekuatan buat kami semua menghadapi semua ini.”
Itulah yang ada dalam pikiran ovi setelah mengetahui kalau kakaknya sudah tidak sadarkan diri. Ovi seakan-akan tidak percaya akan apa yang terjadi karena baru kemarin Joseph bersama Nela kekota untuk berobat, akan tetapi kondisinya sudah sangat lemah. Baru kemarin Ovi membuat makanan spesial untuk kakaknya dan Joseph sangat lahap menyantap makanannya, dan baru kemarin Joseph berkata ke Ovi,
“ De, kamu harus rajin belajar. Jangan seperti kakak ini yang harus putus ditengah jalan, tapi kakak berhenti sekolah tadi karena kakak kasihan sama Ayah bekerja sendirian dikebun. Tahun depan kakak akan mencari kerja dan kakak janji akan membiayai sekolahmu sampai kamu masuk kuliah nanti. Ya??”
Ovi semakin sedih ketika mengingat perkataan kakaknya. Tak berapa lama Ovi dan Mamanya berangkat kekota menggunakan angkot. Sesampainya dirumah sakit, Ovi terdiam didepan kamar yang bertuliskan ruang isolasi. Dalam keadaan yang sangat menekan ini, Ovi yang sudah berusia 15 tahun mencoba untuk tegar. Ovi selalu berdoa meminta mujizat dari Tuhan. Dalam hening malam dirumah sakit, Ovi menatap wajah kakaknya terbaring tak sadarkan diri, tepat jam 12 malam Joseph mengeluarkan kata-kata.
“ Ovi, kamu dimana?”
Ovi kaget mendengar suara kakaknya yang terdengar sayup-sayup namun terus memanggil namanya.
“ Kenapa Kak? Kakak udah sadar ya? Kakak mau apa?”
“ Vi, Malaikat-Malaikat Tuhan lagi menari dan bernyanyi di atas awan. Pakaian mereka sangat berkilau. Aku mau ikut mereka, nanti kamu yang jagain Mama, Papa, dan ponakan-ponakan kita ya. Kamu harus menjadi orang yang sukses terutama untuk Tuhan.”
Ovi mulai mengerti kalau kakaknya akan meninggalkan mereka untuk selamanya. Dengan berlinang air mata ia terus mendengarkan perkataan kakaknya yang lagi bercerita dengan Tuhan Yesus dalam alam bawah sadarnya.
Tidak terasa sudah 2 minggu Joseph dirawat dirumah sakit tanpa menunjukkan perkembangan yang berarti, tapi yang membuat hati keluarganya bersyukur karena dia terus bercerita tentang kemuliaan Tuhan.
Sabtu itu, Ovi meminta ijin untuk pulang ke desa karena ia merasa kurang sehat dan bermaksud ingin beristirahat 1 hari saja dirumah. Dirumah, teman-teman bahkan tetangga dan handai taulan datang menanyakan kabar Joseph.
“ Vi, gimana kabar kakakmu? Apa ada perkembangan kesehatannya?”
Dengan sabar Ovi menjawab pertanyaan mereka satu per satu.
Malam minggu itu Ovi sangat lelah, sehingga ia malas untuk mengikuti ibadah Persekutuan pemuda dan remaja. Ovi tidur lebih awal, jam 7 malam ia sudah tidur. Jam 9 malam ia terbangun dan sulit untuk tidur lagi, akhirnya ia memilih untuk berbaring diatas sofa sambil menonton. Sekitar jam 9:30 nya ada orang yang mengetuk-ngetuk pintu rumah.
“ Ovi, tolong bereskan rumah……….”
Bapak itu terdiam.
“ kenapa pak?”
“ Joseph telah dipanggil Tuhan, jam 9 tadi…”
Langsung saja Ovi yang tadinya berdiri lansung terduduk mendengar kata-kata dari bapak itu. Selang beberapa waktu, sekitar 3 jam jenasah Joseph sudah terbaring terbujur kaku dihadapan warga desa yang datang melayat pada malam itu.
“ Kami tidak menyangka kalau anak ini sakit dan sudah dipanggil Tuhan. Rasanya baru beberapa hari yang lalu saya melihat dia membantu ayahnya diladang.”
Ujar salah seorang warga.
Memang kepergian Joseph sangat berpengaruh bagi keluarga yang ditinggalkan. Mamanya sangat sensitif dengan keadaan yang membuatnya mudah emosi. Akibatnya, sering terjadi kesalah pahaman diantara anggota keluarga.
Tiga tahun telah berlalu, Ovi sudah berhasil menyelesaikan pendidikan SMA dikota. Ketika Ovi mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, orang tua Ovi terutama mamanya kurang setuju dikarenakan tidak ada biaya. Ovi mencoba untuk menenangkan dirinya dan terus berdoa mencari jalan keluar dari Tuhan, Ovi juga berpuasa dan berdoa agar Tuhan memberikan yang terbaik dalam kehidupannya.
“ Tuhan, semua memang mustahil bagiku. Tapi bersama Engkau tidak ada satupun yang mustahil. Aku sudah sampai disini, ini semua karena Engkau. Buat kuat dan mampuku tapi karena Engkau.”
Ovi terus berdoa agar ada jalan keluar. Dengan tenang Ovi kembali mengutarakan keinginannya.
“ Ma, Ovi ingin sekali merubah keadaan kita ini, Ovi mau kuliah supaya nantinya bisa bekerja ditempat yang lebih baik”
“ Vi, mama sebenarnya tidak ingin masa depan kamu suram seperti keluarga kita saat ini. Tapi kamu sendiri tahu keadaan keluarga kita sekarang sangat kekurangan.”
“ Ma, Ovi cuma mau dengar dari Mama kalau saja Mama setuju Ovi kuliah. Coba Mama pikir, dari SD sampai SMA Ovi sekolah pasti pakai biaya, darimana semua biaya yang kita pakai selama ini kalau bukan dari Tuhan? Ovi mau bilang sama Mama kalau biaya yang Ovi perlu pasti ada. Asalkan percaya kalau Tuhan akan kasih buat kita dalam waktu yang dekat ini Ma.”
Mamanya langsung terdiam dan mengangguk tanda setuju. Beberapa hari kemudian mujizat nyata terjadi dalam keluarga Ovi. Seorang anak Tuhan datang kerumah dan membeli barang-barang antik milik Mamanya. Memang keluarganya memiliki banyak barang-barang antik yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Bibir Ovi tersenyum melihat betapa besarnya Tuhan bekerja dalam waktu yang sangat menentukan masa depan Ovi.
Setelah beberapa hari berada di kota, sambil mempersiapkan kuliah. Ovi mengikuti kegiatan sebuah gereja yang sangat bersemangat dalam pelayanan.
Selama beberapa bulan bergabung dikomunitas gereja itu, kehidupan Ovi terus diubahkan. Semangat pelayanan terus bertumbuh seperti ayat Alkitab Roma 12:11.
“ De, istirahat juga ya. Jangan terlalu maksa, kakak lihat kamu sangat lelah.”
Tegur John ketua pemuda gerejanya. Ovi hanya tersenyum mendengar kata-kata John.
Kehidupan Ovi penuh dengan sukacita. Apalagi sekarang keadaan ekonomi keluarganya mulai pulih, kuliahnya hampir selesai dan pelayanannya terus menerus dipakai oleh Tuhan secara luar biasa sebagai seorang penyanyi dan pencipta lagu rohani. Bersama rekan-rekan gerejanya, mereka melakukan pelayanan didaerah, luar daerah bahkan luar kota.
Selama setahun, banyak jiwa diselamatkan. Banyak orang percaya kepada Tuhan melalui kesaksian hidup anak muda dimana Ovi beribadah.
Suatu hari,
“ Ovi mau ga temenin aku makan siang?”
pinta Chandra teman sepelayanannya.
“ Eem… dalam rangka apa nih? Tumben-tumbennya tidak ada angin tidak ada hujan, tidak ada badai..”
canda Ovi.
“ Jangan gitu dong….. aku kan cuma pengen makan siang ama kamu!”
Balas Chandra.
Hari itu terlewati dengan penuh sukacita. Ovi yang diam-diam ditaksir oleh Chandra akhirnya menerima Chandra sebagai kekasihnya.
“ Ovi, aku sebenarnya sudah mengagumi kamu. Tiap hari pelayanan kita sangat berarti buat aku. Selain pelayanan, aku sangat senang dan selalu bersemangat jika kamu ada didepanku, ketika aku memandang wajahmu ada sukacita yang aku terima.”
Wajah Ovi memerah mendengar perkataan Chandra yang mengaguminya. Sudah hampir setahun Ovi menjalin kasih bersama Chandra, keluarga dan teman-teman sepelayanan mereka sangat mendukung pelayanan dan jalinan kasih Ovi dan Chandra. Acara pertunanganan pun dilaksanakan, dan semua kerabat menghadiri acara tersebut, akan tetapi seusai acara pertunangan itu, Ovi tiba-tiba terjatuh.
“ Ovi, kenapa? sayang… kamu baik-baik aja kan ?”
Chandra langsung memapah tubuh Ovi yang tiba-tiba sangat lemah.
“ Aku baik-baik aja, mungkin aku hanya lelah, mempersiapkan acara ini. Aku cuma perlu istirahat.”
Dua hari sudah Ovi terbaring lemah dirumah. Dan dengan setia Hendra datang menemani Ovi. Malam itu perasaan Ovi sangat kacau, tubuhnya melemah seiring berputarnya jarum jam.
“ Tuhan……”
dengan penuh kesakitan Ovi merintih dalam doanya.
“ Tuhan…. Tuhan… apa yang Engkau ijinkan terjadi dalam hidupku ini? Jika Engkau mau aku kembali padaMu saat ini, aku minta waktu sebentar, masih banyak pelayanan yang belum selesai. Beri waktu untukku Tuhan.”
Akhirnya Ovi bisa tertidur dengan tenang malam itu.
Keesokkan paginya Ovi merasakan kekuatan baru dalam dirinya. Lalu ia memutuskan ke Dokter tanpa ditemani siapapun. Setelah selesai pemeriksaan, dokter menatap iba kepada Ovi.
“ Dok, apa yang membuat saya cepat lelah dan sakit bagian tulang belakang saya?”
Dokter terdiam, lalu mengeluarkan kata-kata,
“ Mbak, saya minta maaf kalau saya harus mengatakan yang sebenarnya, sudah banyak pasien yang datang dengan keluhan yang sama. Tapi, percaya akan mujizat saja mbak. Karena anda mengidap kanker tulang belakang stadium akhir……”
ucap dokter dengan hati-hati.
“ Ooohhhh Tuhan…… kalau ini cara yang Engkau mau aku kembali padaMu, terimakasih..”
Dengan hati yang sangat berat, Ovi melangkahkan kakinya keluar dari ruangan pemeriksaan. Meskipun keadaannya seperti itu, Ovi masih mampu untuk mensyukuri keadaannya.
Dengan sisa kekuatan yang ada pada dirinya dan Tuhan memang baik menyertai hari demi hari yang dilewati untuk melakukan pelayanannya yang dipakai Tuhan secara luar biasa dan ia menjalani hari-harinya dengan penuh perjuangan. Pelayanannya benar-benar menjadi berkat. Selesai sudah program dan jadwal pelayanan yang telah dibuat oleh Ovi. Malam itu,
“ Sayang……”
sapa Hendra pada kekasihnya yang terlihat sangat lelah.
“ Sayang, bagaimana pelayananmu, udah selesai ya?”
“ Udah, tinggal siap-siap untuk pulang aja lagi. Aku udah siap, kamu siap ga?”
“ Maksudmu apa?”
Chandra sedikit penasaran dengan perkataan Ovi, namun ia tidak terlalu memikirkannya.
“ Gimana tentang hubungan kita ini? Kan programmu sudah selesai, aku juga sebentar mau cuti….”
Ovi langsung menyela pembicaraan Chandra,
“ Sayang… aku sangat mengasihi kamu, seutuhnya aku ingin menjadi pendamping hidupmu. Kita harus terus berdoa biar rencana Tuhan saja yang terjadi.”
Kata-kata Ovi semakin membuat Chandra bingung.
Pagi itu, Ovi duduk dimeja kerjanya mengambil buku catatan pelayanannya yang tebal. Buku itu berisi program dan jadwal pelayanannya yang sangat padat. Hingga 3 tahun pelayanannya setelah ia benar-benar bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus, ia menatap foto keluarganya yang sudah dipenuhi kasih karunia Allah, melihat buku hariannya dari kecil dan mendapati foto Joseph kakaknya yang telah dipanggil oleh Tuhan ketika berumur 18 tahun. Betapa ia butuh perjuangan yang sangat besar untuk bisa menyelesaikan pendidikan sampai pada saat ia dipakai sebagai pelayan Tuhan secara luar biasa.
“ Tuhan….. terimakasih”
ucapnya berkali-kali.
Hari itu, Ovi mengunjungi seluruh keluarganya begitu juga dengan sahabat-sahabatnya. Dengan tertatih-tatih ia melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah. Dirumahnya akan diadakan ibadah yang menjadi rutinitas gereja. Ovi mandi, dan pada malam itu ia memakai gaun terindah yang ia miliki, seakan-akan ia tahu jikalau inilah saatnya ia dipanggil oleh Bapa disurga. Sebelum ia keluar dari kamar, ia membereskan semua pakaian-pakaiannya. Semua buku-buku dibiarkan berada diatas meja dan ada sebuah tulisan dalam secarik kertas,
“ mudah-mudahan bisa menjadi berkat! Amin.”
Ovi keluar dari kamanya dan langsung menjadi sorotan keluarganya.
“ Vi, mau pesta dimana? Kok pakai gaun?”
Tanya mamanya.
“ Ovi mau pesta disurga Ma. (hehehehehe… sambil tersenyum kecil).”
Ovi tersenyum sambil menahan sakit dan ia berusaha untuk terlihat bugar.
“ Lho, yang, kamu kok pakai gaun? Kamu terlihat tambah cantik deh…”
Chandra memuji kekasihnya yang sangat cantik malam itu.
Jemaat dan kerabatnya sudah berkumpul dirumah. Ibadah juga sudah dimulai. Ovi kelihatan tidak tenang karena tubuhnya sangat kesakitan selama ibadah, dia mengikuti ibadah antara sadar dan tidak. Ketika ia dimintai untuk mnenyampaikan kesaksiannya Ovi langsung teesadar.
“ Shalom… puji Tuhan. Saya bersyukur malam ini sangat tepat diadakan ibadah dirumah kami, karena ini terakhir saya akan beribadah. Saya akan pulang dan kepulangan saya…..”
Banyak jemaat yang tidak mengerti dengan ucapannya.
“ Sekarang sangat tepat, program saya sudah selesai dalam pelayanan, keluarga saya sangat diberkati dan diberi damai sejahtera. Chandra yang sangat mengasihi saya, semoga Tuhan memberi kekuatan buat dia…”
setelah selesai berkata-kata, Ovi terduduk diatas sofa. Dalam hatinya ia berdoa…
“ Tuhan….. sudah selesai. Ambillah aku, bawaku menghadapMu. Aku sudah siap.”
Tiba-tiba tubuh Ovi rebah diatas sofa dengan penuh kedamaian, sambil memegang tangan kanan kekasihnya Chandra. Chandra kaget melihat kondisi kekasihnya yang terbujur kaku didepannya. Chandra tidak percaya akan semua perkataan kekasihnya diakhir-akhir perjumpaan mereka kalau ia akan pulang kerumah Bapa disurga, kenyataan yang terjadi membuat Chandra belum bisa percaya kalau Ovi telah meninggalkannya untuk selama-lamanya.
“ Sebenarnya Ovi sakit apa Ma?” Tanya Chandra kepada mamanya Ovi.
“ kami juga tidak tahu, karena selama ini dia sangat sibuk dengan pelayanannya, dan dia tidak ada mengeluh sakit kecuali waktu dia sakit kemarin.”
Nela keluar dengan membawakan sebuah hasil pemeriksaan yang mengatas namakan Joy Lovirismas dengan hasil yang sangat mengejutkan yaitu ‘kanker tulang’
Kepergian Ovi benar-benar meninggalkan kenangan yang indah. Ia meninggalkan cinta dan kasih kepada orang-orang sekitarnya. Meninggalkan karya yang terindah dari Tuhan untuk umat manusia melalui syair dan bait demi bait lagu ciptaannya. Meninggalkan harapan bagi Chandra yang ingin menjadi pendamping hidupnya. Ovi memang sudah pulang lebih awal kerumah Bapa, namun teladan dirinya benar-benar menjadi berkat bagi orang-orang yang mengenal dirinya. Lagu terakhir yang didengarnya dan sangat menguatkan imannya, karya C.D Frey
Kutahu Yesus sayang padaku
Walau rambutku seputih salju
Walau mataku redup
Ia tetap memintaku ‘tuk percaya padaNya
Walau langkahku begitu lamban
Bergandengan tangan denganNya
ku ‘kan berjalan
Maju terus,
tak peduli apa yang ‘kan datang
Ia besertaku memimpin jalanku
Kala malam gelap dan panjang
Dalam hatiku Ia taruh sebuah lagu
Ia berkata padaku dengan suara yang jernih
“ Janganlah takut, Aku didekatmu,”
Kala tugas ku dibumi selesai
Dan kemenangan hidup t’lah kuraih
Ia ‘kan membawaku pulang keatas sana
Masuk dalam kepenuhan kasihNya…….
Kepergian Ovi bukan akhir dari pelayanan anak-anak Tuhan. Kepergiannya di usia 24 tahun memang sangat disayangkan, akan tetapi itulah rencana Tuhan dalam setiap kehidupan manusia. Orang akan tahu betapa besarnya pekerjaan seseorang ketika ia sudah tidak ada dalam lingkup itu. Tuhan punya rencana yang sangat besar dalam setiap pribadi manusia. Ketika Tuhan mau memakai seseorang untuk menjadi pelayananNya, Tuhan tidak melihat latar belakang seseorang untuk dipakai secara luar biasa. Akan tetapi Tuhan melihat betapa besar kemauan dan kesiapan seseorang untuk mau dipakai. Akhir yang indah sebuah kehidupan bukan saja ketika kita sukses sampai tua dan tidak bisa apa-apa lagi, tapi ketika kita sukses mempertahankan iman kita kepada Tuhan sampai dimana Tuhan mau.
Inilah akhir yang indah bagi Ovi….

Tidak ada komentar: